Oleh : Rengky Yasepta
Mahasiswa Indonesia Di Amerika
Sebelum kuliah di Amerika saya tidak mengira urusan cabe bakal serepot ini…
Pertama datang ke supermarket di Golden, saya beli saja sembarang cabe. Pokoknya yang mirip dengan cabe di Indonesia. Alhasil, ternyata rasanya tidak pedas sama sekali. Apalagi kalau dapat cabe semacam Bell Pepper atau Anaheim, malah hampir ngga ada rasanya.
Usut punya usut, ternyata cabe punya skala tersendiri. Namanya skala Scoville (lihat gambar). Semakin tinggi skalanya, semakin pedas rasanya. Adapun cabe merah yang biasa kita temui di Indonesia itu, kalo di Amerika, sebutannya Thai chili (cabe Thailand) dengan tingkat kepedasan 100.000 Scoville.
Sebenarnya ada jenis cabe Thai yang skalanya sekitar 300.000 Scoville. Cabe jenis ini kalau di Indonesia disebut cabe rawit. Ada lagi jenis Habanero dengan skala 350.000, yang tebakan saya kayaknya sama dengan cabe setan di Indonesia (ups, “cabe setan,” bukan cabe milik setan ya, wkwkwk).
Selama enam bulan saya tinggal di Golden, Colorado, dan sering belanja di Safeway (supermarket), cuma dua kali saya temui cabe rawit (skala 350.000 Scoville). Waktu melihatnya, saya langsung kegirangan dan segera saya beli. Sekarang sudah hampir tiga bulan sejak terakhir beli, cabe Thailand ini tidak lagi muncul di rak supermarket itu.
Akhirnya saya beralih ke cabe Habanero alias cabe setan dengan tingkat kepedasan 350.000 Scoville. Kadang juga saya beli Serrano chili yang hanya 23.000 Scoville karena stok cabe yang skalanya mendekati cabe Indonesia / Thai chili tidak pernah muncul lagi.
Itulah sekelumit cerita tentang cabe. Di Indonesia, urusan cabe ini adalah perkara tak penting. Tapi berada di negeri orang seperti di Amerika, menemukan makanan yang familiar dengan lidah adalah sesuatu yang luar biasa, sereceh urusan cabe.