Jelang Ramadhan 2025: Bukber Jadi Ajang Pamer Pencapaian?

Ilustrasi momen buka puasa bersama

GK, Bengkulu – Menjelang bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah, fenomena buka bersama (bukber) kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial. Tradisi yang semula bertujuan mempererat tali silaturahmi kini sering kali bergeser menjadi ajang pamer status sosial, pencapaian, atau gaya hidup.

Seiring dengan pengumuman Muhammadiyah bahwa 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025, banyak pihak mulai merencanakan acara bukber bersama teman, kolega, atau komunitas. Namun, tren “pamer berkedok bukber” tampaknya masih menjadi sorotan dan bahan diskusi publik, terutama di dunia maya.

Bacaan Lainnya

Menurut Awan Setia Dharmawan, Dosen Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang, momen bukber sering kali dijadikan platform untuk menonjolkan personal branding. Dalam pandangannya, banyak orang memanfaatkan acara ini untuk memperlihatkan identitas atau status sosial kepada teman-teman sejawat.

“Fenomena ini bisa dipahami melalui teori hyper consumption, di mana masyarakat cenderung mengonsumsi atau menunjukkan barang dan jasa lebih dari kebutuhan mereka demi mengekspresikan identitas,” ujar Awan dalam penjelasan yang dirilis laman UMM.

Ia menambahkan bahwa meskipun pamer sering kali dianggap negatif, dalam batas tertentu, ekspresi diri seperti ini adalah hal yang wajar. Namun, ia mengingatkan agar tidak berlebihan hingga mengesampingkan esensi silaturahmi.

Media sosial memainkan peran besar dalam mengukuhkan tren ini. Foto makanan mewah, tempat bukber eksklusif, hingga penampilan modis sering menghiasi linimasa selama Ramadhan. Tak sedikit pula warganet yang mengkritik bahwa tradisi bukber kini lebih sering digunakan untuk mempertontonkan gaya hidup dibandingkan mempererat hubungan persahabatan.

“Tujuan awal bukber seharusnya adalah merajut kebersamaan. Tapi, ketika ini berubah menjadi perlombaan gengsi, esensinya menjadi hilang,” ungkap Raja seorang pengguna media sosial.

Meski begitu, banyak pula yang tetap menjalani tradisi ini dengan niat tulus untuk bersilaturahmi. Bagi sebagian orang, bukber menjadi momen langka untuk bertemu teman lama yang jarang berjumpa di hari-hari biasa.

Menjelang Ramadhan, masyarakat diharapkan dapat kembali merenungkan makna dari tradisi ini. Bukber tidak semestinya menjadi ajang pamer, melainkan momen untuk berbagi kebahagiaan dan kebersamaan.

Sembari menunggu keputusan pemerintah terkait awal Ramadhan 1446 H, sudah selayaknya tradisi bukber dilaksanakan dengan penuh kesederhanaan dan keikhlasan, sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam bulan suci ini.(Ns)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *