GK, Bengkulu – Pengerukan alur pelayaran Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu memang telah berjalan, namun belum mencapai performa maksimal. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Indonesian National Shipowners Association (INSA) Bengkulu, Edy Haryanto, setelah melakukan pemantauan langsung di lapangan.
Menurut Edy, kapal keruk Cutter Suction Dredger (CSD) Costa Fortuna 3 baru beroperasi sekitar 40 persen dari kapasitas optimalnya.
“Dari hasil pengamatan kami, semburan dari pipa buangan masih kecil dan warna airnya masih bening, yang menandakan volume material yang terkeruk belum signifikan,” ujar Edy, minggu (8/6/2025).
Ia menjelaskan, kondisi tersebut kemungkinan disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, kapal masih dalam tahap uji coba sistem dan penyesuaian mesin. Kedua, adanya kekurangan air tawar yang dibutuhkan untuk proses pendinginan mesin, yang menyebabkan operator belum berani mendorong kinerja mesin ke kapasitas penuh.
“Air tawar ini berfungsi sebagai cairan pendingin. Ia dipompa masuk ke dalam sistem pendingin mesin untuk menyerap panas. Setelah itu, air hangat dipompa keluar dan didinginkan kembali sebelum digunakan lagi. Kekurangan air tawar bisa menyebabkan mesin cepat panas dan itu berisiko,” jelas Edy.
Kapal CSD Costa Fortuna 3 diketahui berangkat dari Batam dan tiba di Bengkulu pada 22 Mei 2025, namun baru mulai beroperasi pada 7 Juni 2025. Artinya, kapal telah melewati masa persiapan dan pelayaran selama lebih dari dua pekan, sehingga wajar bila stok air tawar berkurang drastis selama perjalanan.
“Karena itu, kami meminta kepada PT Pelindo sebagai operator untuk segera mencari solusi, agar kapal keruk dapat bekerja secara maksimal. Harapan kami, pengerukan alur bisa diselesaikan secepatnya demi kelancaran arus logistik dan pelayaran di Bengkulu,” tegas Edy.
INSA berharap permasalahan teknis ini bisa segera ditangani, agar proyek pengerukan alur pelabuhan yang vital bagi perekonomian daerah tidak mengalami keterlambatan lebih lanjut.(Nasti)