Delapan Keterampilan Laki-laki

Oleh: Cahyadi Takariawan

Setidaknya, laki-laki harus punya delapan keterampilan ini, agar bisa menjadi suami dan ayah yang baik.

1. Memimpin Keluarga

Laki-laki adalah pemimpin keluarga (QS. An Nisa’: 34). Untuk menjadi pemimpin yang baik, diperlukan kesungguhan, namun juga keterampilan agar bisa memimpin keluarga dengan sepenuh cinta, kasih, sayang dan tanggung jawab. Memimpin keluarga menuju surga, dan menjauhkan mereka dari neraka.

2. Mencari Nafkah

Suami mendapatkan kewajiban untuk mencukupi kebutuhan nafkah keluarga (QS. An Nisa’ : 34). Diperlukan keterampilan untuk mencari rizki Allah yang bertebaran di muka bumi agar keluarga bisa hidup layak.

3. Mengelola Keuangan

Suami harus memiliki keterampilan untuk mengelola keuangan keluarga agar bisa berdayaguna dan berhasil guna secara optimal.

4. Interaksi dan Komunikasi yang Nyaman

Para suami mendapatkan arahan dari Allah untuk mempergauli istri dengan cara yang baik (QS. An Nisa’: 19). Ayat ini memberikan isyarat pentingnya memiliki keterampilan praktis dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan istri secara patut.

5. Mengelola Konflik

Sebagai pemimpin keluarga, suami harus mampu mengelola konflik keluarga dengan bijak dan dewasa. Tidak membiarkan keluarga berada dalam konflik berkepanjangan yang membuat kehidupan tidak produktif.

6. Mengekspresikan Cinta

Diperlukan keterampilan untuk mengekspresikan cinta, baik kepada istri maupun kepada anak-anak. Agar bisa memiliki keterampilan mengekspresikan cinta, suami perlu mengetahui apa tipe bahasa cinta istri. Jika tidak mengetahui, bisa membuat sang istri merasa tidak dicintai, walaupun dirinya sudah merasa mengekspresikan cinta setiap hari.

7. Kegiatan Praktis Kerumahtanggaan

Suami harus punya keterampilan untuk melakukan berbagai macam urusan praktis kerumahtanggaan. Nabi Saw mencontohkan, beliau melakukan sendiri berbagai pekerjaan rumah tangga.

8. Mendidik Anak

Keberhasilan pendidikan anak merupakan hasil kerjasama yang konstruktif dan harmonis antara suami dan isteri. Kedua belah pihak harus memiliki rasa tanggung jawab, pengetahuan serta keterampilan praktis yang memadai untuk kesuksesan pendidikan anak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *