Tren Net Outflow Di Bengkulu Meningkat, BI Berikan Edukasi

Wahyu Yuwana Hidayat - Kepala Bank BI Perwakilan Provinsi Bengkulu Saat Memberikan Keterangan Pers pada Jum'at pagi (7/2). (Nasti/GK)

GK, Bengkulu – Bank Indonesia (BI) mencatat peningkatan tren net outflow, yaitu keluarnya uang tunai dari sistem perbankan di Provinsi Bengkulu, selama Desember 2024. Total net outflow mencapai Rp469,8 miliar, naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp263,16 miliar.

Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menjelaskan bahwa lonjakan ini terjadi akibat meningkatnya permintaan uang tunai di masyarakat. Pada Desember 2024, total uang yang keluar dari sistem perbankan (outflow) mencapai Rp749,1 miliar, sedangkan uang yang masuk kembali (inflow) hanya Rp279,3 miliar.

Bacaan Lainnya

“Peningkatan ini disebabkan oleh tingginya kebutuhan uang tunai, terutama menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, arus keluar uang juga dipengaruhi oleh kebutuhan perbankan serta aktivitas ekonomi masyarakat, khususnya di sektor pertanian seperti kopi dan karet,” ujar Wahyu pada konferensi pers, Jumat pagi (07/02/2025).

Selain meningkatnya permintaan uang tunai dari masyarakat, aktivitas pengisian ATM dan penarikan kas di Kas Titipan juga menjadi faktor utama naiknya outflow.

Sebagai informasi, Kas Titipan adalah layanan yang disediakan BI untuk mempermudah distribusi uang tunai ke daerah-daerah yang jauh dari kantor BI. Dengan tingginya permintaan uang dari fasilitas ini, terlihat bahwa masyarakat dan perbankan masih sangat mengandalkan uang tunai dalam transaksi sehari-hari.

Di sektor perbankan, total transaksi setoran dan penarikan uang tunai selama Desember 2024 menghasilkan net inflow sebesar Rp55,818 miliar. Jumlah penarikan tunai mencapai Rp302,234 miliar, sedangkan setoran yang masuk ke sistem perbankan hanya Rp246,42 miliar.

“Tren ini menunjukkan bahwa peredaran uang tunai di Bengkulu masih cukup tinggi, terutama untuk memenuhi kebutuhan transaksi masyarakat dan sektor perbankan,” tambah Wahyu.

Disisi lain, Untuk mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai, Bank Indonesia Bengkulu terus mendorong edukasi dan sosialisasi penggunaan transaksi nontunai. BI menilai bahwa digitalisasi sistem pembayaran dapat membantu masyarakat dalam melakukan transaksi yang lebih aman, efisien, dan praktis.

“Kami mengimbau masyarakat agar mulai beralih ke transaksi nontunai, seperti menggunakan QRIS dan layanan perbankan digital. Ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga mendukung perekonomian digital di Bengkulu,” ujar Wahyu.

Selain itu, BI juga memastikan ketersediaan uang tunai di perbankan guna memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama pada periode tertentu seperti hari raya dan musim panen komoditas unggulan.

Dengan meningkatnya tren outflow, BI diharapkan dapat menjaga keseimbangan arus kas serta mengoptimalkan distribusi uang tunai ke seluruh wilayah Bengkulu. Ke depan, peran BI dalam mengelola kebijakan moneter dan sistem pembayaran akan semakin krusial dalam menghadapi dinamika ekonomi daerah.(Nasti)

 

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *