GK, Bengkulu – Upaya melestarikan budaya lokal terus digaungkan oleh anggota Komisi X DPR RI dari Dapil Bengkulu, Hj. Dewi Coryati, M.Si. Pada Minggu pagi (22/6), politisi perempuan dari Fraksi PAN ini secara resmi membuka rangkaian kegiatan Festival Dol 2025, sebuah gelaran seni budaya yang menghadirkan kemeriahan khas Bengkulu melalui tabuhan dol alat musik tradisional yang sarat makna dan nilai sejarah.
Festival tabot Bengkulu ini diikuti oleh 14 sanggar seni dari berbagai daerah di Provinsi Bengkulu. Dalam sambutannya, Dewi Coryati menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya festival ini sebagai hasil perjuangan aspirasi dirinya bersama Kementerian Kebudayaan RI.
“Alhamdulillah, tahun ini kita bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan RI untuk melaksanakan Festival Dol. Kegiatan merupakan bagian dari ikhtiar bersama dalam menjaga dan mengangkat kebudayaan daerah di tengah-tengah generasi penerus bangsa,” ujar Dewi.
Ia menegaskan, kebudayaan lokal seperti dol harus terus dipelihara dan dikembangkan dengan pemahaman yang utuh, bukan sekadar dipertontonkan tanpa makna. Menurutnya, jika pengelolaan budaya dilakukan asal-asalan dan tidak melibatkan pelaku budaya asli, maka tradisi tersebut lambat laun akan kehilangan esensi dan jati dirinya.
“Bila tidak dengan pengetahuan yang pas dan komprehensif dari pelaku budaya itu sendiri, maka agak sulit mengembangkan budaya tersebut nantinya. Justru ada risiko budaya kita diklaim pihak lain atau bahkan hilang ditelan zaman,” tegas Dewi kepada wartawan.
Festival Dol 2025 ini diharapkan menjadi ruang ekspresi sekaligus edukasi budaya bagi anak-anak muda Bengkulu. Sebab, tantangan globalisasi di era digital membuat budaya lokal harus diangkat secara modern tanpa menghilangkan unsur tradisionalnya.
“Kita ingin generasi muda bangga dengan budaya sendiri. Jangan sampai lebih kenal budaya asing ketimbang dol dan tradisi Bengkulu lainnya,” imbuhnya.
Dewi juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor baik dari pemerintah, dunia pendidikan, komunitas budaya, hingga pelaku ekonomi kreatif untuk merawat budaya daerah secara berkelanjutan.
“Kalau semua pihak bergerak bersama, saya yakin budaya asli kita seperti dol ini akan terus hidup, berkembang, dan bisa menjadi daya tarik wisata unggulan di masa depan,” pungkasnya.
Acara pembukaan Festival Dol 2025 berlangsung antusias, dihadiri oleh tokoh pendidikan, seniman lokal, para pelajar, serta masyarakat umum yang antusias menyaksikan deretan penampilan dol kreasi dari berbagai sanggar.
Sebagai warisan budaya Bengkulu, dol bukan sekadar alat musik pukul biasa. Sejarahnya berkaitan erat dengan ritual Tabot, upacara adat memperingati Asyura yang dilaksanakan setiap Muharram. Dol diyakini sebagai simbol semangat, persatuan, dan perlawanan masyarakat Bengkulu tempo dulu.(Nasti)