GK, Jakarta — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah signifikan. Berdasarkan data perdagangan pasar spot pagi ini, dolar AS menembus Rp16.505, menandai posisi terkuat mata uang Negeri Paman Sam sejak krisis moneter 1998.
Pelemahan rupiah terjadi di tengah tekanan global yang terus meningkat, termasuk kebijakan suku bunga tinggi The Fed, tensi geopolitik di Timur Tengah, serta ketidakpastian pasar keuangan global.
“Sentimen global saat ini sangat sensitif terhadap pergerakan dolar. Investor mencari aset aman, dan dolar AS menjadi pilihan utama,” ujar ekonom senior Bank Mandiri, Arief Nugroho.
Bank Indonesia (BI) disebut tetap melakukan intervensi di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar, namun pelemahan masih sulit dihindari akibat derasnya tekanan eksternal.
Para pelaku usaha mulai mengeluhkan lonjakan biaya impor, terutama untuk bahan baku. Di sisi lain, eksportir justru mendapat angin segar karena nilai tukar yang menguntungkan.
BI diperkirakan akan terus memantau situasi dengan cermat dan tidak menutup kemungkinan mengambil kebijakan tambahan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.(Rs)
