GK, Bengkulu — Survei terbaru dari Katadata Insight Center (KIC) mengungkap bahwa masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan pokok dan pembayaran cicilan.
Dalam survei bertajuk “Kelas Menengah Indonesia di Tengah Ketidakpastian Ekonomi”, ditemukan bahwa 41% pendapatan bulanan kelas menengah digunakan untuk kebutuhan pokok, sementara 18,1% dialokasikan untuk membayar cicilan. Dengan demikian, kedua pos pengeluaran ini menyerap hampir 60% dari total pendapatan mereka.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), proporsi pengeluaran untuk makanan meningkat dari 20,22% pada 2014 menjadi 22,3% pada 2023. Sementara itu, pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga melonjak dari 11,4% menjadi 16,2%. Sebaliknya, pengeluaran untuk barang tahan lama mengalami penurunan, dari 4,8% menjadi 2,9%.
Penurunan pengeluaran untuk kebutuhan non primer dan investasi menjadi indikator adanya tekanan ekonomi yang berdampak pada daya beli kelas menengah.
Hal ini mencerminkan kondisi ekonomi yang belum stabil, sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
Survei ini dilakukan terhadap 472 responden melalui metode non-probability sampling secara online. Responden berusia 17-59 tahun dan tersebar di 10 kota besar, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Denpasar, Makassar, Banjarmasin, dan Jayapura. Margin of error survei ini sebesar 4,6%.(Rls)