Oleh : Cahyadi Takariawan
Banyak orang beranggapan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang tidak memiliki permasalahan dalam kehidupan.
Seakan-akan hidup dalam keluarga sakinah itu selalu tenang, damai, tanpa dilanda konflik, pertengkaran, permasalahan dan dinamika. Seakan-akan dalam keluarga sakinah itu tidak ada kemarahan dan emosi, tidak ada kata-kata yang meninggi, tidak ada situasi yang tidak dikehendaki.
Jika seperti itu cara memahami keluarga sakinah, tentu tidak ada keluarga yang bisa disebut sebagai sakinah. Karena dalam semua keluarga selalu dijumpai permasalahan, selalu ditemukan konflik, selalu ada pertengkaran, selalu ada dinamika.
Tidak ada keluarga yang bisa membebaskan diri dari permasalahan, pertengkaran, selalu ada dinamika.
Tidak ada keluarga yang bisa membebaskan diri dari permasalahan kehidupan. Karena permasalahan adalah ekspektasi yang tidak bisa didapatkan, masalah adalah jarak yang terbentang antara harapan ideal yang diinginkan dengan realitas yang dihadapi saat ini.
Semua orang hidup pasti memiliki permasalahan. Demikian pula dengan keluarga. Selalu ada permasalahan, yang menandakan bahwa mereka adalah kumpulan manusia biasa.
Sakinah Perlu Perjuangan
Jika dalam keluarga terdapat suasana sakinah, maka secara umum dalam keluarga itu dipenuhi dengan ketenangan, ketenteraman, kenyamanan, kebahagiaan, kelegaan, dan kedamaian. Ini semua merupakan modal dasar dan fondasi untuk menapaki kehidupan berumah tangga yang selalu penuh dengan dinamika.
Selalu ada tantangan, selalu ada kekecewaan, namun juga selalu ada harapan. Kita mesti memahami, bahwa dalam keluarga yang sakinah juga terdapat konflik, juga terdapat pertengkaran, juga ada masalah, juga ada kekecewaan.
Yang membedakan keluarga satu dengan keluarga lainnya tidak terletak pada ada dan tidaknya masalah atau pertengkaran. Perbedaannya terletak pada bagaimana keluarga itu menghadapi masalah dan pertengkaran, bagaimana keluarga itu menyelesaikan masalah dan mengakhirinya.
Kita semua ingat cara Allah menggambarkan orang bertakwa, yang dikaitkan dengan perbuatan keji. Orang bertakwa bukanlah orang yang tidak bisa melakukan kesalahan atau kekejian. Bukan orang yang tidak mungkin melakukan tindakan yang buruk, namun sikap takwa muncul pada saat terlanjur melakukan kekejian.
Sebagai manusia, semua orang memiliki peluang untuk melakukan kesalahan. Namun yang membedakan orang bertakwa dengan yang tidak bertakwa adalah sikap ketika terlanjur melakukan kesalahan.
“Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 133–135)
Beda keluarga sakinah dengan yang bukan keluarga sakinah tidak terletak pada ada tidaknya pertengkaran atau permasalahan. Namun pada sikap mereka ketika terlanjur menghadapi masalah, konflik atau pertengkaran.
Keluarga sakinah pandai mengelola konflik, mudah menyelesaikan masalah, gampang mengakhiri pertengkaran. Keluarga sakinah bersikap dewasa saat menghadapi problematika kehidupan. Mereka kokoh dan kuat menghadapi badai permasalahan.
Keluarga sakinah memiliki banyak hal yang harus diperjuangkan. Sakinah bukan gratis, bukan cuma-cuma, namun selalu memerlukan usaha. Salah satunya, sakinah harus diperjuangkan dengan menghadirkan berbagai dimensi ketahanan dalam keluarga.