Oleh : Nindyo Kusmanto, S.Ag
Allah Ta’ala berfirman:
لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا
Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.
(QS. An-Nisa’, Ayat 95)
Setiap perjuangan akan berjalan baik dan maksimal, jika setiap potensi yang ada diupayakan untuk saling bersinergi dan berkolaborasi. Tidak ada yang merasa diabaikan dan ditinggalkan. Sekecil apapun potensi dan kemampuan yang ada pada seseorang (anggota). Dan tidak ada yang merasa lebih penting atau tidak dipentingkan dalam hal apapun.
Karena sesungguhnya ketika ada seseorang yang merasa terbaikan potensi yang dimilikinya, maka kadang bukan hanya membuat ia pasif untuk bergerak dan terlibat aktif dalam agenda-agenda pemenangan tersebut, tapi kadang juga justru menjadi hambatan dan pekerjaan rumah bagi organisasi dan kawan-kawan yang ada dalam organisasi yang sama. Hal ini terjadi karena ketidakpahamannya.
Disinilah pentingnya bagi pimpinan atau ketua dalam sebuah organisasi memiliki sensitivitas dan bisa membaca dan memprediksi setiap potensi masalah dan peluang di internalnya sendiri.
Karena justru peran salah satu pimpinan adalah menumbuhkan dan mengembangkan setiap potensi yang ada pada para anggotanya (kader). Seorang pemimpin bisa bekerja secara tim. Dan yang lebih penting lagi bisa menggerakkan dari masing-masing personal tim tersebut kepada arah yang menjadi tujuan dari organisasi.
Kalau hal ini bisa berjalan maka akan melahirkan sikap kenyamanan bagi setiap para anggotanya. Maka disaat akan dibutuhkan kontribusi dan peran sertanya dalam upaya mencapai target-target organisasi atau dakwah mereka akan akan senang hati menyambut dan memenuhi seruan tersebut. (mudah untuk dimobilisasi baik kontribusinya secara finansial maupun tenaga dan pikirannya).
Ini salah satu menjadi penyebab SOLIDITAS diantara sesama anggota (kader) dan antara Kader dengan Struktur.
Di pihak lain begitu banyak harapan Anggota (kader) terhadap para pejabat publik. Namun kadang kala harapan tersebut masih sangat jauh dengan keinginan para kader dan struktur yang menaunginya.
Bisa jadi hal ini terjadi, karena ketidak pahaman sang pejabat publiknya terhadap tujuan dan target-target yang harus dicapainya sebagai pejabat publik atau karena besarnya ekspetasi kader terhadap pejabat publik kadang melebihi kemampuan sang pejabat publik itu sendiri.
Apapun alasannya, disinilah pentingnya dibangun sistem komunikasi yang baik antara pejabat publik dengan struktur, antara struktur dengan kader maupun antara pejabat publik dengan para kader dan konstituennya.
Ada sistem yang terbangun dalam hal ini. Bukan dibiarkan saja berjalan secara alami. Sehingga tidak akan terjadi mis komunikasi dan sakwa sangka (su’udzon) satu dengan yang lainnya.
Peran masing-masing pihak (struktur, pejabat publik dan kader) untuk sama-sama membangun komunikasi yang produktif dan efektif harus terus diupayakan sedemikian rupa.
Dan yang paling penting lagi adalah disiplin untuk menjalankan setiap apa yang sudah menjadi kesepakatan bersama.
Struktur sebagai bidang yang meningkatkan setiap potensi, Kapasitas, dan Karir pejabat publik harus benar-benar menjalankan perannya. Jangan ada rasa Wuh pakewuh (sungkan) ketika melakukan tugas dan perannya.
Karena harapan atau keinginan struktur dan kader begitu besar terhadap mereka (pejabat publik). Baik yang berada di eksekutif maupun di lembaga atau institusi lainnya.
Yang akan menjadi kendala adalah, jika bidang struktur yang mengawasi kinerja pejabat publik menjadi bagian dari yang juga harus diawasi. Karena ia juga sebagai pejabat publik. (jeruk makan jeruk).
Kalau masing-masing peran ini berjalan dengan baik, maka juga akan melahirkan SOLIDITAS diantara mereka.
Kehadiran rutin kader di agenda Pekanan baik yang berada di struktur, maupun sebagai pejabat publik, atau hanya sebagai kader biasa, juga sangat penting dalam hal ini.
Jangan karena alasan rapat struktur, ketemu konstituen, lagi mau ketemu pejabat, lagi tugas mendampingi pejabat atau bahkan sedang Dinas Luar (DL), mereka mengabaikan atau menganggap hal yang biasa jika minta izin kalau tidak hadir pertemuan pekanan tersebut.
Sikap seperti ini awal dari munculnya masalah dikemudian hari. Ingat ketika kita belum menjadi apa-apa, dan tidak dikenal sebagai siapa-siapa, baik yang diamanahkan distruktur, maupun sebagai pejabat publik, semua berawal dari pertemuan pekanan. Semua dimulai dari ruang kecil mungkin hanya seluas 3×3 dan seterusnya.
Biasanya ketika muncul masalah dimanapun Posisinya, setelah dilakukan diagnosa (meminjam istilah kedokteran) sudah bisa dipastikan pasti berawal dari tidak sehatnya agenda Pekanannya.(Tarbiyahnya).
Maka wajar kalau sejak awal ada istilah kehadiran pada pekanan (tarbiyah) tersebut bukan segala-galanya. Namun semuanya akan bisa diselesaikan jika kehadiran Pekanannya dalam kategori sehat.
Namun sayang masih ada, anggota (kader) begitu semangat dan antusiasnya mengurusi posisi, jabatan dan karirnya, namun sangat tidak bergairah untuk menghadiri agenda rutin pekanannya.
Dulu sebelum menjadi apa-apa dan bukan sebagai siapa-siapa. Begitu semangatnya untuk dibina dan juga membina. Bahkan binaannya ada dimana-mana.
Namun setelah sudah memiliki sesuatu apapun itu namanya, jangankan punya binaan dan hadir rutin pekanan untuk agenda dirinya sendiri saja sudah hilang semangatnya. Sudah merasa tidak penting lagi bagi dirinya untuk hadir. Toh dia sudah menjadi apa-apa sekarang.
Bahkan berpendapat belajar agama, berkontribusi dalam dakwahkan bukan hanya disini saja, bisa dimana-mana. Pernyataan ini benar dan tidak salah. Namun realitanya ketika dia sudah tidak bersama lagi, situasi dan kondisinya tidaklah lebih baik dari ketika dia bersama kita (tarbiyah).
Kehadiran pekanan (tarbiyah) yang sehat juga bagian salah satu terwujudnya SOLIDITAS diantara mereka.
Begitupun pemahaman setiap Kader Dakwah secara umum harus terus ditumbuhkembangkan. Baik nilai-nilai tarbawinya, Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin, maupun Wawasan Kebangsaanya.
Karena sesungguhnya cara dan metode dakwah itu bisa tumbuh dan berkembang. Tidak jumud dan statis. Agar bisa disesuaikan dengan situasi, kondisi dan tuntutan jaman (wilayah tertentu).
Semua tidak harus diseragamkan. Karena sudah Sunnatullah adanya perbedaan disana sini. Ada yang memang harus disesuaikan dan ada bagian yang tidak bisa dirubah. Kalau hal ini dipahami dengan benar, maka tidak sering-sering menjadi anggota (kader) serba kagetan. Kaget dengan setiap keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pimpinan pada level apapun.
Kadang malah berkesimpulan pimpinan atau struktur sudah keluar jalur. Padahal bukan itu masalahnya. Masalah karena kader tersebut selalu telat atau lambat dalam mengikuti dan meningkatkan Kapasitasnya sendiri.
Membangun keikhlasan sejak awal bagi siapapun harus menjadi pondasi dalam membangun organisasi ini. Karena sejatinya hidup ini hanya untuk meraih keridhoan Allah Ta’Ala.
Sikap ikhlas akan membentengi diri, dari munculnya berbagai penyakit hati dan tarikan dunia. Walaupun hal tersebut secara manusiawi adalah hal yang wajar.
Inipun bagian dari menjadikan SOLIDITAS diantara mereka.
Yuk tetaplah kita terus dan bergerak menjadi bagian yang mensolidkan pada level apapun kita. Bukan menjadi bagian memporak-porandakan cita-cita besar tesebut. Karena sesungguhnya apa yang dicari dan dikejar didunia ini, tidak lah lebih berharga dari sebelah sayap lalat. Kecuali setiap kerja dan amal-amal kita semua dalam bingkai Dakwah dan Li’ilah kalimatillah (dalam rangka meninggikan kalimat Allah).
Barakallahu fiikum