GK, Seoul — Yusuf Kurniawan, petani muda milenial asal Bengkulu, terpilih menjadi salah satu dari lima petani muda Indonesia yang mengikuti program bergengsi K-Smart Farming Workshop di Korea Selatan pada 8–14 Juni 2025. Program ini diikuti total 20 peserta, terdiri dari 15 pejabat Kementerian Pertanian RI dan 5 petani milenial pilihan dari seluruh Indonesia.
Selama empat hari pertama, Yusuf dan rombongan diajak menyelami ekosistem pertanian modern Korea Selatan, mulai dari sistem koperasi petani, teknologi pertanian tertutup, hingga inkubasi bisnis untuk petani muda.

“Yang paling menarik adalah kunjungan ke Nonghyup Hanaro Mart di Seoul, sebuah pusat penjualan hasil tani milik koperasi petani. Di sana saya melihat langsung bagaimana koperasi berperan besar menyerap hasil tani, mengolah, dan memasarkannya. Ini bisa jadi inspirasi untuk memperkuat peran koperasi di Indonesia,” ungkap Yusuf.
Yusuf juga mengunjungi One Acra Farm, perusahaan smart farming peringkat keempat dunia yang mengembangkan sistem pertanian tertutup tanpa cahaya matahari. Teknologi ini memungkinkan produksi sayuran berkualitas tinggi, terutama di musim salju. “Kalau di Korea tantangannya menaikkan suhu, di Indonesia sebaliknya, bagaimana menurunkan suhu. Tapi teknologi ini mungkin relevan di masa depan,” jelasnya.
Paling inspiratif, kata Yusuf, adalah kunjungan ke Smart Farm Innovation Valley di Jeonbuk. Di sana, pemerintah Korea Selatan membangun pusat inkubasi petani muda. Prosesnya terstruktur mulai dari pelatihan teori, magang, praktek produksi, hingga pemberian pinjaman lunak dengan bunga 1% selama 25 tahun.
“Model inkubasi ini ideal jika diterapkan di Indonesia. Apalagi programnya didukung penuh pemerintah daerah, swasta, dan perbankan,” ujarnya.
Kunjungan ke Green Monster Farm di Provinsi Chungcheong juga memberi pelajaran berharga. Tiga alumni inkubasi membangun usaha pertanian modern dari nol. Mereka membuktikan bahwa teknologi hanyalah alat bantu. Kunci keberhasilan tetap terletak pada pembagian peran, pengumpulan data, riset, branding, dan manajemen pasar yang tepat.
“Petani tak cukup hanya bisa produksi. Pasar harus dikuasai. Dan kalau bisa, petani langsung jual ke end user agar margin keuntungan lebih besar,” ujar Yusuf.
Yusuf Kurniawan dikenal sebagai sosok inspiratif dalam dunia pertanian muda. Ia adalah Founder Toboponik, Ketua P4S AgroEduWisata Toboponik, Duta Petani Milenial Kementan, serta pernah dinobatkan sebagai Wirausaha Unggulan Bank Indonesia dan Super Young Leader PF Muda Pertamina.
Kisah Yusuf di Korea bukan sekadar perjalanan belajar. Tapi juga sebuah harapan, bahwa masa depan pertanian Indonesia bisa tumbuh lebih cerdas dan kuat — asalkan kita berani berinovasi dan membuka diri pada transformasi.(IH)