GK, Bengkulu — Peristiwa tenggelamnya kapal wisata menuju Pulau Tikus yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia menjadi momentum refleksi mendalam atas lemahnya sistem keselamatan wisata bahari di Provinsi Bengkulu.
Ketua komisi 4 DPRD Provinsi Bengkulu, Usin Abdisyah Putra Sembiring, SH, menyampaikan belasungkawa yang mendalam sekaligus mendesak pemerintah daerah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap aspek keselamatan dan tata kelola wisata maritim.
“Kami menyampaikan duka yang sangat mendalam kepada para keluarga korban. Namun lebih dari itu, kejadian ini harus menjadi peringatan serius bagi seluruh pemangku kebijakan untuk memperbaiki sistem keselamatan wisata bahari yang selama ini belum tertata dengan baik,” ujar Usin dalam keterangannya, Senin (12/5).
Usin menilai, lemahnya pengawasan dan tidak konsistennya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam aktivitas wisata laut menjadi faktor krusial yang perlu segera dibenahi.
Ia mencontohkan sistem mitigasi dan manajemen risiko yang diterapkan di destinasi wisata bahari nasional seperti Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat, sebagai praktik baik yang patut ditiru.
“Di sana, setiap aktivitas pelayaran sangat bergantung pada sistem peringatan cuaca. Jika kondisi tidak memungkinkan, pelayaran ditunda tanpa pengecualian. Protokol ini berjalan disiplin, dan itulah yang harus kita bangun di Bengkulu,” terangnya.
Menurutnya, kapal wisata harus memenuhi standar khusus, baik dari sisi kelayakan armada, jumlah penumpang, maupun kompetensi awak kapal. Tidak boleh ada toleransi dalam hal keselamatan.
“Keselamatan wisatawan harus menjadi prioritas utama. Jika cuaca buruk atau waktu kembali telah ditentukan, maka seluruh kegiatan wajib dihentikan. Ini soal kedisiplinan dan komitmen terhadap keselamatan publik,” tegasnya.
Usin juga menyoroti pentingnya pembinaan dan sertifikasi terhadap operator wisata bahari serta koordinasi lintas sektor antara dinas pariwisata, perhubungan, dan aparat keamanan laut. Ia menilai, tanpa sinergi antar lembaga, potensi wisata Bengkulu tidak akan berkembang secara berkelanjutan.
“Kita ingin Bengkulu dikenal sebagai destinasi wisata unggulan. Namun promosi harus dibarengi dengan kesiapan sistem. Kejadian ini menjadi pelajaran penting, bahwa tanpa standar keselamatan yang kuat, sektor pariwisata justru berpotensi menjadi sumber petaka,” pungkasnya.(Iwan)