Bengkulu, GK – Dunia sepakbola Bengkulu kembali tercoreng dengan adanya insiden pemukulan wasit dalam laga perdelapan final di Stadion Semarak, Rabu (20/8). Pertandingan antara Renal Ardana Benteng melawan Tunas Muda Bengkulu (TMB) yang berakhir dengan skor 1-0, harus ditutup dengan kericuhan.
Kericuhan bermula pada menit ke-83 saat pemain Renal Ardana dengan nomor punggung 15 mendapat kartu kuning kedua dan harus keluar lapangan. Keputusan wasit, Prima Adi Putra, memicu protes keras. Manajer tim Renal Ardana, langsung masuk ke lapangan dan melakukan kontak fisik terhadap wasit. Aksi itu ikut memicu beberapa suporter yang kemudian ikut menyerang.
Akibat kejadian ini, wasit Prima mengaku sangat kecewa. Ia menilai tindakan tersebut berbahaya dan bisa berdampak lebih serius jika tidak segera ditangani dengan tegas.
“Ya kami berharap kejadian ini tidak terulang lagi terhadap wasit-wasit lainnya. Kan bahaya kalau misalnya suporter membawa senjata tajam, bisa lain cerita,” ujarnya kepada wartawan.
Prima juga mengungkapkan bahwa dirinya telah melaporkan insiden tersebut ke Polresta Bengkulu. Namun pihak kepolisian menyarankan agar persoalan ini diselesaikan secara internal.
Sementara itu, Ketua Komite Wasit, Idhamizi, membenarkan adanya upaya perdamaian antara kedua belah pihak. Manajemen Renal Ardana disebut sudah menunjukkan itikad baik untuk berdamai.
“Pihak dari klub Renal Ardana sudah ada itikad baik. Kami sebagai komite wasit juga akan mendalami lebih lanjut apakah benar kesalahan murni dari klub atau ada juga faktor dari wasit,” jelasnya.
Idhamizi menambahkan, pihak klub Renal Ardana telah membayar denda sebesar Rp5 juta sehingga tetap diizinkan melanjutkan pertandingan semifinal pada hari ini.(Red)