MENCINTA SEWAJARNYA, MEMBENCI SEWAJARNYA

Oleh : Cahyadi Takariawan

 

Jangan pernah berlebihan dalam segala sesuatu. Termasuk dalam mencinta dan membenci.

 

Nabi saw bersabda,

 

أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيْضَكَ يَوْمًا مَا، وَأَبْغِضْ بَغِيْضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا

 

“Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya, bisa jadi suatu hari ia akan menjadi orang yang kau benci. Bencilah orang yang kau benci sekadarnya, bisa jadi suatu hari ia menjadi orang yang kau sayangi” (HR. At-Tirmidzi no. 1997).

 

Umar bin Khaththab pernah berkata,

 

لاَ يَكُنْ حُبُّكَ كَلَفًا وَلاَ بَغُضُكَ تَلَفًا فَقُلْتُ كَيْفَ ذَاكَ ؟ قَالَ إِذَا أَحْبَبْتَ كَلِفْتَ كَلَفَ الصَّبِيِّ وَإِذَا أَبْغَضْتَ أَحْبَبْتَ لِصَاحِبِكَ التَّلَف

 

“Janganlah cintamu menjadikan keterlenaan bagimu, dan janganlah kebencianmu menjadikan kehancuran bagimu”.

 

Aslam bertanya, “Bagaimanakah itu?”

 

Umar menjawab, “Bila engkau mencinta, maka engkau mencintainya sampai terlena layaknya anak kecil, dan bila membenci, engkau menginginkan kehancuran baginya”

(Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad).

 

Dalam Fatwa Al-Islamiyah dijelaskan,

 

لكن المقصود من الحديث النهي عن المبالغة والإفراط الشديد في الحب،

 

“Akan tetapi maksud hadits adalah agar tidak berlebihan dan melampui batas dalam hal cinta.”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *