Romantis Tak Harus Mahal

Oleh : Cahyadi Takariawan

Laki-laki terbaik, memberi nafkah terbaik, dengan cara terbaik.

Sang istri akan sangat bahagia –bukan saja karena dicukupi nafkahnya, namun karena dilakukan dengan cara yang membahagiakan.

Nabi saw memberikan arahan kepada semua laki-laki beriman,

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ، قَالَ صلى الله عليه وسلم : إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ، إِلا أُجِرْتَ عَلَيْهَا، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فَمِ امْرَأَتِكَ

“Tidaklah engkau menginfakkan suatu nafkah yang engkau harapkan wajah Allah dengannya terkecuali engkau akan diberi pahala. Sampai-sampai suapan yang engkau letakkan ke mulut istrimu (itu berpahala)” (HR. Bukhari no. 4409).

Al Hafizh Ibnu Hajar Al-Atsqalani di dalam kitab Fathul Bari menjelaskan soal suami menyuapi istri,

قوله: “تبتغي – أي تطلب – بها وجه الله ” واستنبط منه النووي أن الحظ إذا وافق الحق لا يقدح في ثوابه لأن وضع اللقمة في في الزوجة يقع غالبا في حالة المداعبة، ولشهوة النفس في ذلك مدخل ظاهر. ومع ذلك إذا وجه القصد في تلك الحالة إلى ابتغاء الثواب حصل له بفضل الله

“Imam An-Nawawi mengatakan, suatu aktivitas bila sesuai dengan kebenaran maka tidaklah mengurangi nilai pahala karena menyuapkan (makanan) ke mulut istri biasanya dilakukan saat bercanda dengannya, tentu saja hal tersebut bercampur dengan nafsu syahwat. Akan tetapi bila hal ini tujuannya mengharapkan pahala dari Allah, niscaya ia akan memperoleh (pahala) dengan karunia dari Allah.”

Betapa bahagia hati sang istri. Suaminya bukan saja menafkahi, namun berlaku romantis dengan nafkah tersebut. Ia menyuapkan makanan ke mulut sang istri dengan penuh cinta dan kasih sayang.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *