Taubatnya Sang Pemburu Harimau Pada Peringatan Global Tiger Day 2024 Di Bengkulu

Pada hari Jumat (26/7/2024), di Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Rejang Lebong, Bengkulu, menjadi pusat peringatan Global Tiger Day 2024 di Provinsi Bengkulu.

Pada peringatan Global Tiger Day tahun 2024 ini, testimoni mantan pemburu hewan dilindungi menjadi trigger tersendiri untuk menjaga dan melestarikan hutan.

Mawi, si mantan pemburu harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berasal dari Sumatera Selatan. Mawi menyatakan komitmennya untuk berhenti total dari perburuan dan berjanji akan menjadi penjaga populasi harimau di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Keputusan untuk bertobat ini diperoleh melalui lembaga yang diinisiasi oleh Yayasan Lingkar Inisiatif, sebuah lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada konservasi, khususnya perlindungan harimau Sumatera, serta pemahaman tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem. Mawi, yang berasal dari Desa Muara Tiku, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan, telah menjadi pemburu selama 47 tahun.

“Saya pertama kali berburu harimau saat berusia 14 tahun, sekitar tahun 1974. Pada waktu itu, faktor ekonomi dan ketidakmampuan untuk bertani serta tidak memiliki ladang menjadi alasan utama. Selain itu, ada permintaan dari masyarakat setempat yang sering menjadi mangsa harimau,” kata Mawi.

Mawi bukanlah seorang pemburu bersenjata api, melainkan menggunakan pisau, sling baja, korek api, jas hujan, dan cairan spiritus. Selama berburu, ia tinggal di hutan selama beberapa pekan dan tidak pulang jika belum berhasil mendapatkan harimau.

“Perburuan terakhir saya adalah pada tahun 2017, saat itu saya mendapatkan seekor harimau dewasa dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan berat diperkirakan sekitar 500 kilogram. Harimau tersebut terjual seharga 27 juta rupiah, meliputi kulit, taring, dan tulangnya,” jelasnya.

“Saya mengajak semua pemburu di mana pun berada untuk menjaga kelestarian harimau Sumatera dari ancaman kepunahan. Saya melakukannya dengan pendekatan humanis dan mengajak pemburu yang telah bertobat untuk aktif dalam pelestarian populasi harimau,” tutup Mawi.

Sementara Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah, menjelaskan dalam talk show di Taman Hutan Wisata MADAPI, Desa Pal VIII, Kecamatan Bermani Ulu Raya, bahwa saat ini jumlah harimau Sumatera yang berada di kawasan hutan TNKS sekitar 150 ekor. Artinya, populasi harimau Sumatera berada dalam ancaman kepunahan.

“Saat ini kita sedang berpacu dengan kepunahan, karena jumlah populasi harimau Sumatera di bentang alam TNKS berjumlah 150 ekor. Ini berarti kita menghadapi risiko kehilangan keseimbangan ekosistem,” jelasnya.

Menurut Rohidin, ancaman utama bagi harimau Sumatera adalah deforestasi, perburuan, dan konflik. Jika deforestasi dan perburuan terus berlanjut, dalam kurun waktu 100 tahun ke depan, populasi harimau di bentang alam kecil berpeluang mengalami kepunahan sebesar 100 persen. Di bentang alam sedang, ancaman kepunahan mencapai 83 persen. Hanya populasi harimau di bentang alam besar yang memiliki peluang bertahan dengan ancaman kepunahan rata-rata sebesar 31 persen.

Namun, jika ancaman-ancaman ini dihilangkan, kata Rohidin, peluang kepunahan di bentang alam sedang dan bentang alam besar dapat berkurang. Misalnya, Lanskap Batang Hari dan Bukit Barisan Selatan.

“Selain menghentikan ancaman, upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keberlangsungan hidup harimau adalah melalui mekanisme dispersal alami, yaitu dengan koridor antar-bentang alam yang mendukung perpindahan populasi secara alami melalui translokasi, dengan populasi besar sebagai sumbernya. Perlindungan terhadap populasi kecil juga sangat penting untuk menjaga keragaman genetiknya,” tutup Rohidin.[Yusuf & Febri]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *